Bijak Sebelum Berhutang

Bijak Sebelum Berhutang

Share artikel ini :

Setiap orang yang hidup memiliki kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan hidup masing-masing. Kebutuhan hari ini ataupun yang akan datang. Dan kita semua paham bahwa beberapa kebutuhan tersebut memerlukan biaya yang harus dibayar dengan uang. Kebutuhan sandang, pangan, dan papan adalah yang utama harus dipenuhi, sedangkan kebutuhan lainnya seperti, mengganti kendaraan yang masih layak, rekreasi ke luar negeri, mempercantik rumah merupakan kebutuhan sekunder dan tersier.

Ketika ketersediaan dana kas terbatas, yaitu dana yang kita pegang dan yang ada dalam tabungan di bank, beberapa orang mempertimbangkan untuk berhutang. Maka sebelum berhutang, ada baiknya menyelesaikan membaca artikel ini untuk membantu pertimbangan membuat keputusan apakah Anda harus berutang atau tidak, karena utang bisa menjadi baik ataupun sebaliknya.

  1. Urgensi Berhutang.

Ketika bujet terbatas, kita harus membuat daftar prioritas. Mana kebutuhan yang utama dan yang tidak. Kita dapat membuat skala tersebut dengan dua kategori yaitu apakah kebutuhan itu PENTING dan MENDESAK. PENTING artinya kebuthan tersebut memang kita butuhkan, MENDESAK artinya kebutuhan ini kita perlukan saat ini. Buat skala dari 1-10, semakin PENTING dan MENDESAK, angka skala semakin kecil.

No. Kebutuhan PENTING MENDESAK Keterangan Jumlah
1 Motor Baru 1 1 Motor lama sudah rusak dan tidak bisa jalan untuk transportasi ke kantor. 2
2 Baju kerja 3 6 Baju kerja masih dalam kondisi baik namun ingin punya yang lebih baru 9
3 Handphone baru 6 8 Ingin ganti yang baru 14
4 Dan lain-lain

 

Sehingga dapat dilihat yang menjadi prioritas utama adalah membeli motor baru, baru kemudian membeli baju kerja, lalu Handphone baru. Dari hal ini, Anda dapat membuat keputusan untuk membeli motor. Jika Anda memiliki uang tunai, maka akan lebih baik membelinya dengan uang Anda tanpa berhutang.

  1. Dari Mana Sumber Dana untuk Pelunasan Hutang

Ini merupakan pertimbangan yang sangat mendasar untuk menentukan skema utang yang akan kita pilih. Kebanyakan orang akan menjawab bahwa sumber dana pelunasan hutang dari penghasilan rutinnya, yaitu gaji. Maka, Anda harus mempertimbangkan rasio Kemampuan Pelunasan Hutang. Perencana Keuangan sepakat bahwa jumlah cicilan yang dapat Anda bayar setiap bulannya adalah 30% sampai dengan 35% dari penghasilan bulanan Anda.

Jika penghasilan bulanan Anda adalah Rp. 10 juta, maka maksimum total cicilan yang bisa Anda buat setiap bulannya adalah Rp 3 juta sampai Rp 3,5 juta.

Anda juga bisa mempertimbangkan penghasilan rutin lainnya seperti THR yang Anda dapat tahunan untuk dikonversi menjadi pembayar pelunasan hutang namun tentu Anda harus bijaksana karena Anda menempatkan dana THR untuk pembayaran hutang, bisa jadi akan memengaruhi kebahagiaan Anda dan keluarga di hari raya.

  1. Sumber Hutang

Sumber hutang dapat diartikan, pihak mana yang akan memberikan Anda pinjaman. Apakah perorangan seperti saudara, teman, atau atasan Anda, atau lembaga seperi bank, pegadaian, koperasi, dan lain-lain. Setiap pihak memiliki ketentuan yang berbeda-beda, maka pelajari juga bagaimana Anda dapat melunasi hutang Anda. Jika Anda meminjam dari saudara, tentu tidak ada biaya bunga dan pinalti, namun dari lembaga keuangan tentu ada aturan berbeda.

  1. Aspek Syariah

Ini juga menjadi pertimbangan penting bahwa dalam muamalah, riba adalah terlarang. Ketika meminjam dari anggota keluarga tentu, insyaa Allah, tidak diterapkan mekanisme pengembalian dengan riba. Namun dengan perbankan dan lembaga keuangan lain, Anda harus memerhatikan hal tersebut. Jika harus mengangsur motor dari bank syariah, tentu mekanismenya bukan lagi pinjaman namun pembiayaan.

  1. Risiko

Risiko terbesar dari berhutang adalah, bertumpuknya hutang yang tentu akan menyulitkan hidup Anda. Ini bisa berawal dari tidak disiplinnya Anda dalam mengelola hutang dan ketika Anda meninggal dunia maka ahli waris Anda yang akan direpotkan oleh hutang yang telah Anda buat.

Untuk hal ini, maka silakan diperhatikan bahwa apakah hutang Anda dijaminkan dengan aset Anda dan jika demikian maka jika Anda tidak mampu membayar ketika meninggal dunia nanti maka aset tersebut yang akan menjadi pembayar hutang Anda jika ahli waris Anda tidak dapat membayarnya. Atau cara yang sederhana untuk melindungi diri dari risiko ini, Anda bisa mempertimbangkan asuransi jiwa syariah yang uang pertanggungannya dapat dijadikan pembayar hutang jika Anda tidak sempat melunasinya karena meninggal dunia.

Hutang bisa membantu atau bahkan sebaliknya, bisa merepotkan. Hutang bisa disebut leverage atau pengungkit untuk memperbesar aset kita namun jika salah mengelolanya maka aset malah akan tergerus. Berhutang juga diperbolehkan jika memang dibutuhkan dan Anda dapat menentukan skala prioritas untuk memutuskan bahwa ini benar-benar kebutuhan atau hanya keinginan sesaat. Dan Anda dapat mempertimbangkan untuk menabung terlebih dahulu jika memang kebutuhan tersebut tidak terlalu mendesak sehingga hidup Anda lebih nyaman tanpa hutang.


Andrie Setiawan, CFP®
Head of Training & Development PT Asuransi Takaful Keluarga

Informasi Terbaru